Ibadah perjamuan kudus, Minggu (12/2) jam 18.00 WIB di GKJ Manahan dilayani oleh Pdt. Em. Widya Notodiryo, S.Th dengan kotbah yang didasarkan dari II Raja-Raja 5: 1-14 tentang kisah Naaman. Pendeta Widya mengawali kotbahnya dengan suatu kesaksian, suatu sore beliau menerima telepon dari seorang jemaat, menanyakan bilama anaknya akan dibawa ke KKR Penyembuhan di Semarang. Penelpon itu bertanya, apakah rencana tersebut sesuai dengan ajaran GKJ atau tidak. Jawab beliau, "Kalau anda yakin Tuhan akan menolong, pergilah. Tidak ada salahnya berharap pada Tuhan." Sesaat kemudian telepon berdering lagi, penelpon tersebut menyatakan tidak jadi membawa anaknya ke KKR Penyembuhan, ia yakin kalau Tuhan berkenan menyembuhkan anaknya, pasti Tuhan akan sediakan sarana penyembuhannya. Hanya tinggal kita yang berserah pada Tuhan.
Banyak orang Kristen yang sudah banyak berdoa dan berusaha untuk kesembuhan bagi orang-orang yang dikasihinya, maupun bagi diri sendiri, tetapi tak kunjung sembuh. Banyak yang telah menjadi putus asa, tetapi tak sedikit yang terus setia sampai ajal menjemput.
Manusia belajar untuk tidak kuatir, tidak bimbang ataupun takut, manusia terus berpikir bagaimana Allah akan memberikan kesembuhan.
Ada lima orang yang dikenalkan dalam perikop II Raja-Raja 5: 1-14 diantaranya Istri Naaman, hamba perempuan dari Israel, Benhadad - Raja Aram, Yoram - Raja Israel dan Naaman. Keempat orang yang pertama berhubungan dengan Naaman dan mereka mendukung Naaman mencari kesembuhan, sedangkan Yoram, Raja Israel waktu itu memiliki pandangan yang berbeda terhadap permintaan Raja Aram. Memang saat itu kondisi politik bangsa Israel sedang dalam tekanan karena peperangan dengan Bangsa Aram,
Elisa yang mendengar kabar tersebut segera menulis pesan kepada Yoram "Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah ia datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel." (II Raja-Raja 5: 8). Tujuan Elisa dalam pesannya adalah tujuan pastoral, yaitu supaya semua orang tahu bahwa ada nabi di Israel. Keberadaannya tidak hanya untuk diketahui Naaman tetapi juga bangsa Israel dan Raja Yoram yang sedang ketakutan.
Terkait dengan status Elisa sebagai penerus Elia, Elisa memang jarang melakukan hal-hal yang spektakuler sebagaimana yang telah dilakukan oleh Elia. Elisa cenderung tampak pasif dalam melakukan mujizat dan Naaman yang harus aktif melakukan usaha yang telah diperintahkan Elisa. Tidak seperti perkiraan Naaman bahwa Elisa akan melakukan ritual-ritual tertentu.
Kesembuhan Naaman terjadi setelah ia melakukan tindakan yang sederhana. Melalui perikop ini, kita telah melihat Elisa menyelesaikan masalah-masalah besar dengan cara-cara sederhana. Elisa telah membuktikan bahwa Allah bisa hadir bukan hanya melalui cara-cara spektakuler tetapi juga dalam cara yang biasa-biasa saja. Naaman terlalu fokus pada cara penyembuhannya, bukan pada kuasa Allah yang sanggup menyembuhkannya, sekalipun akhirnya Naaman meletakkan dasar imannya pada Allah.
Iman tidak boleh dipahami secara sempit, hanya dalam bentuk cara kerja Allah yang spektakuler. Memaksa Allah bekerja dengan cara-cara yang spektakuler adalah bentuk kesombongan rohani. Padahal dalam setiap karyaNya, Allah berkenan melibatkan manusia didalamnya.
Kaitannya dengan Perjamuan Kudus
Sarana yang kita gunakan untuk perjamuan kudus bukanlah suatu hal yang luar biasa, hanyalah sekerat roti dan sedikit anggur. Yakinkah kita, hanya melalui sarana sederhana ini, Tuhan telah menjamin keselamatan kita? Biarlah sarana sederhana ini dapat membawa kita memandang Tuhan Yesus, Ia yang menyembuhkan penyakit dosa kita, dan karena iman kita oleh Dia, maka kita beroleh selamat. Amin.
Add comment