Hari minggu ini (4/3) kita sudah memasuki masa pra-paskah ke II dengan tema “Perjalanan Penderitaan”. Dalam ibadah minggu jam 18.00 WIB, dengan menggunakan liturgi khusus masa pra-paskah II, Sdr. Sularto menyampaikan perenungan Firman Tuhan yang didasarkan dari beberapa bacaan leksionari diantaranya Kejadian 17: 1-7, 15-16; Mazmur 22: 23-31; Roma 4: 13-25 dan bacaan Injil dari Markus 8: 31-38.
Beberapa hari lalu, kita sebagai masyarakat kota Surakarta sedang berfokus pada mobil Esemka, dengan optimisme yang luar biasa sebelum maupun sesudah proses uji emisi, dengan sambutan yang luar biasa, ternyata hasil uji emisi tersebut mengecewakan, mobil Esemka tidak lulus uji emisi, tidak sesuai dengan harapan kita bersama. Peristiwa ini menggambarkan bahwa dalam kehidupan kita sebagai manusia, tidak satupun dari kita menginginkan kegagalan. Yang kita inginkan hanyalah kesempurnaan, kebaikan dalam hidup. Penderitaan bukanlah hal yang kita harapkan. Yang namanya manusia, pasti anti terhadap penderitaan. Kalaupun ada yang mau menderita atau menanggung hal tidak menyenangkan, biasanya memiliki motif tersembunyi. Manusia selalu berusaha menghindari penderitaan, selalu berusaha supaya hidupnya menjadi sempurna.
Markus 8: 31-38 menceritakan Tuhan Yesus yang memberitakan kepada para murid mengenai penderitaan yang akan dialamiNya. “Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.” (Markus 8: 31).
Dalam bacaan tersebut pula kita bisa mencermati sikap Petrus yang menarik Yesus ke samping dan menyatakan bahwa dia tidak terima Yesus harus menderita (Markus 8:32). Hal ini menggambarkan bahwa Petrus-pun menolak penderitaan. Tetapi jawaban Yesus bertolak belakang dengan keinginan Petrus, Ia menegur Petrus bahwa yang dipikiran Petrus bukan apa yang dipikirkan Allah melainkan apa yang dipikirkan manusia, yaitu menghindar sejauh mungkin dari penderitaan.
Penderitaan yang dialami oleh Yesus Kristus bukanlah karena kesalahan-kesalahanNya. Penderitaan Yesus adalah karena menanggung beban penderitaan dosa manusia. Tuhan Yesus berkarya untuk membebaskan manusia dari cengkeraman dosa, karena kasihNya pada manusia. Dengan demikian kita bisa simpulkan bahwa penderitaan yang dialami Yesus adalah menuruti apa yang menjadi kehendak Allah.
Markus 8:34 menyatakan “Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Sekarang pertanyaannya, apa yang menjadi motivasi kita ikut Tuhan Yesus? Apakah kenyamanan, keamanan, kekayaan itu yang dijanjikan Yesus?
Mengikut Kristus bukan kehidupan yang menjanjikan kenyamanan, tetapi ada tanggung jawab yang harus kita penuhi, yaitu menghadirkan kedamaian bagi dunia sekitar kita.
Abraham mendapatkan janji Tuhan bahwa ia akan menjadi bapa bagi bangsa yang besar. Sekian lama Abraham menunggu membuatnya berpikir manusiawi bahwa secara fisik sudah mustahil janji Allah terpenuhi, muncul keraguan dalam pemikirannya, dan mencari jalan dengan mengambil Hagar sebagai istrinya. Abraham diingatkan Tuhan akan langkah-langkahnya yang tidak sesuai dengan janji Allah. Janji Allah dikokohkan lagi bahwa keturunannya akan lahir melalui Sara, bukan melalui orang lain.
Ketika kita mencoba mencari jalan sendiri di luar Kristus, bukanlah hal baik yang akan kita temui, melainkan hal-hal yang kelihatannya baik tetapi menjerumuskan kita pada penderitaan. Di tengah-tengah penderitaan dunia ini dalam kehidupan bergereja, semakin kita perpegang teguh pada Kristus, penderitaan-penderitaan semakin menjadi tidak berarti. Semakin menderita gereja, maka gereja akan semakin mengalami perkembangan.
Minggu pra paskah menjadi media bagi kita untuk bercermin melihat hidup kita di hadapan Tuhan sebagai pribadi kita masing-masing, apakah kita mengandalkan Allah dalam kehidupan kita ataukah kita mengandalkan pemikiran kita sendiri? Penderitaan Kristus memang berat tetapi berdampak bagi kita semua, penderitaan Kristus telah menghasilkan keselamatan bagi semua orang yang percaya kepadaNya. Ketika kita bersandar kepada Tuhan, kita akan mendapatkan kekuatan menghadapi penderitaan bahkan kita akan menjadi saluran berkat bagi dunia ini. [SePur]
Add comment