Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus.
Perjalanan kehidupan keimanan seseorang bukan tergantung kepada pemikiran diri sendiri “ini adalah hidupku”. Kehidupan beriman juga terletak kepada kerendahan hati seseorang untuk mengakui ketidakberdayaannya atau “membuka topeng”. Manusia sering kali jatuh dalam ketidaktaatannya kepada Allah terlebih dalam menjalani imannya.
Keluarga dapat mengalami kebahagiaan, bukan karena kesempurnaan namun karena dipenuhi dengan pengertian, perjuangan serta kesabaran. Menjadi keluarga Allah bukan perkara keuntungan, akan tetapi membutuhkan kejujuran, penerimaan keberadaan diri sebagai manusia yang memang membutuhkan uluran kasih dari Allah. Dengan demikian, mampu menjadi berkat, tidak hanya antar anggota keluarga Allah, tetapi juga kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
Adakah yang pernah melakukan tindakan yang dirasa melanggar aturan, tidak berkenan di hadapan Tuhan, serta merugikan orang lain? Jika ada yang pernah melakukannya dan hanya diri sendiri yang tahu, bagaimana rasanya? Mengakui sebuah tindakan yang tidak pantas, melanggar norma, tidak sesuai etika, dan tidak berkenan pada Tuhan, bukan perkara mudah. Dibutuhkan keberanian untuk jujur. Memang tidak semua orang bisa mengakui kekurangan dan memberitahukan dosanya. Sering kali ada pemahaman bahwa jika suatu pelanggaran tidak diketahui oleh seorangpun, maka tidak perlu diakui. Demikian juga di hadapan Allah. Padahal, sebagai keluarga Allah, kejujuran menjadi hal yang diupayakan untuk senantiasa dikedepankan.
Pengakuan akan memunculkan perubahan sikap hati, wujud ketulusan dalam iman kepada Allah. Keselamatan sudah nyata, seperti yang dikaruniakan kepada Zakheus. Begitu luasnya kasih karunia Allah. Zakheus telah bertemu dengan Juru Selamat. Pertemuan yang membawa kebahagiaan serta penyadaran akan diri sendiri. Keselamatan hanya didapat dari kurunia Kristus. Keselamatan adalah sukacita besar (2 Tesalonika 1-4, 11-12). Layaklah orang yang mendapatkannya bersyukur, yang datang bukan hanya bagi Zakheus, tetapi bagi setiap orang yang ditolak, direndahkan, dan disingkirkan. Ia datang dan menyelamatkan yang hilang, mencari dan mengembalikan manusia yang telah menyeleweng dari Allah kepada sikap dan hubungan yang baik terhadap Allah serta kepada sesama.
Jemaat yang terkasih dalam Kristus Yesus.
Dalam kehidupan jemaat sebagai keluarga Allah ada iman, kasih, serta kesabaran. Ketiga hal tersebut sangat dibutuhkan dan dipergunakan sebagai sarana saling menguatkan, memberikan ajaran dan didikan. Kehidupan keluarga tidak hanya bergantung pada penerapan disiplin, tetapi juga kesabaran. Keluarga Allah makin kokoh saat satu dengan yang lain saling sabar, mendidik, dan menguatkan di tengah penderitaan.
Sehati sepikir adalah dasar yang paling, dibutuhkan dari sebuah hubungan, baik dalam keluarga maupun dalam apapun juga, karena dari sanalah tumbuh pengertian untuk saling menopang. Kegagalan dalam sebuah hubungan terjadi ketika mulai menuntut kesempurnaan, sebab yang namanya sempurna bukan milik manusia, hanya Tuhan yang memilikiNya.
Jangan sampai dosa dan perilaku yang tidak berkenan menutup mata kita untuk terarah kepada keselamatan. Biarlah kita, dengan kejujuran dan ketulusan, datang kepada Dia. Kita buka segala kelemahan dan kekurangan kita. Jangan mengenakan topeng yang semakin menutupi ketidakberdayaan kita. Beranilah membuka topeng dan melepaskannya. “Buka dulu topengmu...biarku/ Ku lihat wajahmu/Mu”Amin.
Bacaan I: Yesaya 1 : 10 – 18
Tanggapan: Mazmur 32 : 1 – 7
Bacaan II: 2 Tesalonika 1 : 1 – 4, 11 – 12
Bacaan Injil: Lukas 19 : 1 – 10
Sumber: Warta Gereja edisi 30 Oktober 2016
Add comment